assalamualaikum wr wb, selamat datang di blog lulu fitriyani fkip paud

Senin, 11 Juni 2012

Motorik Halus dan Kasar


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Lembaga pendidikan mempunyai fungsi untuk meletakkan dasar pengembangan aspek-aspek afektif dan psikomotor, di samping aspek kognitif sebagai unsur yang menuju kepada pembinaan anak menjadi pribadi-pribadi yang utuh, sehat dan segar baik jasmani, rohani, maupun sosialnya. Untuk itu dilakukan upaya yang salah satunya adalah dengan dimasukkannya program pendidikan keterampilan ke dalam kurikulum dan pengembangan pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah-sekolah. Anak-anak prasekolah membuat kemajuan yang besar dalam ketrampilan motorik kasar (gross motor skill), seperti berlari, melompat, yang melibatkan penggunaan otot besar. Perkembangan daerah sensoris dan motor pada korteks memungkinkan koordinasi yang lebih baik antara apa yang diinginkan oleh anak dan apa yang dapat dilakukannya. Tulang dan otot mereka semakin kuat, dan kapasitas paru-paru mereka semakin besar memungkinkan mereka untuk berlari, melompat, dan memanjat lebih cepat, lebih jauh, dan lebih baik (Papalia, Old, dan Feldman, 2008: 315).
            Perkembangan motorik halus pada anak akan mulai berkembang sejalan dengan usia mereka dan stimulasi yang diberikan orang tua kepada anaknya. Anak pada usia 4 tahun, motorik halusnya sudah berkembang hampir sempurna. Walau demikian, terkadang, mereka masih bisa melakukan kesalahan jika menggunakan motorik halusnya, dan masih mengalami kesulitan melakukan sesuatu, dalam kapasitasnya sedang menggunakan motorik halus. Pada usia 5-6 tahun, motorik anak akan lebih berkembang pesat, atau bahkan banyak anak yang sudah sempurna motorik halusnya, karena bisa dilihat dalam kegiatan menggambar ataupun menulis. Dimana anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti menkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan. 

1.2 Masalah
            Dalam pembuatan makalah ini penyusun berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan motorik halus dan motorik kasar?
2.    Bagaimana mengembangkan motorik halus dan motorik kasar berdasarkan kurikulum di lembaga pendidikan anak usia dini?

1.3 Tujuan
Tujuan umum pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini. Tujuan khusus agar mahasiswa Pendidikan Guru Anak Usia Dini (PG-AUD) memahami tentang pengembangan motorik halus anak usia usia dini sesuai dengan kurikulum di PAUD.


BAB II
PENGEMBANGAN MOTORIK HALUS DAN KASAR SESUAI KURIKULUM

2.1  Perkembangan Motorik
            Ada dua istilah dalam perkembangan motorik, yaitu yang disebut dengan gerak (movement) & motorik (motor). Motorik (motor) merujuk pada faktor biologis dan mekanis yang memengaruhi gerak (Gellahue, 1997). Sedangkan gerak merujuk pada perubahan aktual yang terjadi pada bagian tubuh yang dapat diamati. Maka secara sederhana dapat disimpulkan bahwa motorik merupakan kemampuan yang bersifat lahiriah yang dimiliki seseorang untuk mengubah beragam posisi tubuh. Perkembangan motorik merupakan cara tubuh untuk meningkatkan kemampuan sehingga performanya menjadi lebih kompleks. Perubahan ini terjadi terus menerus sepanjang siklus kehidupan. Perkembangan motorik mencakup dua klasifikasi, yaitu kemampuan motorik kasar dan kemampuan motorik halus.
            Meggitt (2002) mengungkapkan istilah perkembangan motorik merujuk pada makna perkembangan fisik, di mana perkembangan fisik memiliki arti bahwa anak telah mencapai sejumlah kemampuan dalam mengontrol diri mereka sendiri. Sementara Dodge (2002) berpendapat bahwa pencapaian kemampuan motorik kasar dan motorik halus pada anak usia prasekolah merupakan tujuan dari pengembangan fisik anak. Perkembangan motorik anak akan melalui tiga proses, yaitu: pertama, perkembangan dari otot kasar menuju otot kecil, kemudian pertumbuhan dari kepala ke jari kaki (cephalocaudal) serta perkembangan dari sumbu tubuh menuju ke luar (proximoditssal).
            Kemampuan motorik kasar adalah kemampuan untuk menggunakan otot-otot besar pada tubuh, sementara kemampuan motorik halus mencakup kemampuan manipulasi kasar (gross manipulative skill) dan kemampuan manipulasi halus (fine manipulative skill) yang melibatkan penggunaan tangan dan jari secara tepat (Carolyn Meggit, 1999).

2.2  Motorik Kasar
§  Jenis gerakan motorik kasar
            Ada tiga jenis gerakan pada motorik kasar yang dapat dilakukan oleh anak. Ketiga kegiatan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkat usianya. Berikut akan dijelaskan ketiga jenis kegiatan ini:

1.    Kemampuan Lokomotor
Perlu dikembangkan dengan tujuan membantu anak mengembangkan kemampuan menggunakan otot-otot besar untuk berpindah (menggunakan semua anggota tubuh) secara horizontal dan proyeksi tubuh. Gerakan lokomotor dapat ditunjukkan melalui kegiatan seperti melompat, meloncat, berlari cepat, berjingkrak, dan meluncur.

2.    Kemampuan Non-lokomotor
Kemampuan menggerakkan bagian atau anggota-anggota tubuh seperti kepala, bahu, tangan, pinggang, kaki tanpa melakukan perpindahan. Kegiatan ini dapat berupa gerakan mendorong, menarik, mengayun, meliuk, memutar, peregangan, mengangkat, membungkuk, angkat satu kaki, dst.

3.    Kemampuan Manipulatif
Kemampuan ini merupakan kemampuan anak menggunakan benda, alat atau media dalam bergerak. Alat atau media ini dapat diperlakukan dengan cara dilempar, diayun, diangkat, ditarik, digulirkan, dihentakkan, atau dengan cara lainnya sehingga dapat mendukung kemampuan gerak yang diharapkan dapat dicapai atau dikuasai.

§  Tahap Perkembangan Motorik Kasar
            Dalam mengembangkan kemampuan motorik anak, guru perlu mengetahui tahapan perkembangan anak terutama yang terkait dengan motoriknya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan dalam memberikan stimulasi kepada anak. Berikut ini akan dijelaskan tahapan perkembangan motorik pada anak usia dini.
a.    Imitation (peniruan)
Keterampilan seseorang menirukan sesuatu yang dilihat, didengar dan dialaminya. Tahap imitasi terjadi ketika anak mengamati suatu gerakan, di mana anak mulai memberi respon serupa dengan apa yang diamatinya, contoh: menirukan gerakan tari, berjalan atau melompat.

b.    Manipulation (menggunakan konsep)
Keterampilan untuk menggunakan konsep dan melakukan kegiatan. Tahap manipulasi menekankan pada perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan gerakan-gerakan pilihan dan menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Contoh : memasukkan bola ke keranjang, melakukan smash, atau melakukan gerakan senam yang didemonstrasikan.

c.    Presition (ketelitian)
Berhubungan dengan kegiatan secara teliti dan benar. Aktivitas di tahap ini membutuhkan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Contoh : Berjalan di atas papan titian.

d.   Articulation (perangkaian)
Keterampilan motorik untuk mengaitkan bermacam-macam gerakan yang berkesinambungan. Aktivitas dalam tahap ini menekankan pada koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal antara gerakan-gerakan yang berbeda. Contoh : mendrible dan layout, menggiring dan mengoper bola.

e.    Naturalisation (kewajaran)
Gerakan yang dilakukan dengan dihayati dan wajar. Menurut tingkah laku yang ditampilkan, gerakan ini paling sedikit mengeluarkan energy baik fisik maupun psikis. Gerakan biasanya dilakukan secara rutin sehingga telah menunjukan keluwesan. Contoh : bermain bola, berenang, bersepeda.

2.3  Pengembangan Motorik Halus dan Kasar untuk PAUD
Ø Pengembangan Gerakan Motorik Kasar
            Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.
Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya (Santrock,1995: 225).
            Terlihat bahwa pengembangan motorik kasar untuk anak usia prasekolah (2-6 tahun) lebih kepada melatih gerak dan koordinasi mereka di mana standar kompetensi dan kompetensi dasarnya dimuat dalam kemampuan motorik pada kurikulum. Kegiatan pun banyak dilakukan melalui aktivitas bermain, sama halnya dengan pengembangan kemampuan motorik yang dilakukan di tingkat SD kelas awal. Perbedaannya adalah pada tingkat SD, unsur knowledge sudah mulai dikenalkan kepada anak. Sehingga di tengah dan akhir kegiatan pembelajaran ada serangkaian evaluasi yang tidak hanya mengukur kemampuan praktikal motorik anak melainkan juga ada pengukuran kemampuan pengetahuan mereka terkait dengan beberapa hal dalam pelajaran pendidikan jasmani itu sendiri.
            Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap,serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda, balapan lari atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya.

Ø Pengembangan Gerakan Motorik Halus
            Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna. Walaupun demikian anak usia ini masih mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak untuk meletakkan balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan bangunan itu sendiri Anak pada usia 4 tahun, motorik halusnya sudah berkembang hampir sempurna. Walau demikian, terkadang, mereka masih bisa melakukan kesalahan jika menggunakan motorik halusnya, dan masih memgalami kesulitan melakukan sesuatu, dalam kapasitasnya sedang menggunakan motorik halus.
            Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar. Pada usia 5-6 tahun, banyak anak yang sudah sempurna motorik halusnya, karena bisa dilihat dalam kegiatan menggambar ataupun menulis. Dimana anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti menkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan. 
                Motorik Halus merupakan koordinasi antara jari jemari, telapak tangan dan kaki serta mata. Umumnya orang tua lebih memperhatikan perkembangan motorik kasar ketimbang motorik halus. Padahal, sama pentingnya. Bahkan lebih bermakna karena mengarah pada intelegensi anak. Dari sini nantinya akan terlihat kemampuan anak menulis. Anak selagi di Play group atau TK belum bisa memegang pensil dengan benar, ternyata di usia sekolah kemampuan menulisnya kurang baik.

§  Tabel Capaian Perkembangan Motorik Kasar dan Halus Berdasarkan Kurikulum
Capaian Perkembangan Motorik Kasar
Capaian Perkembangan Motorik Halus
Usia 4-5 tahun
·    Menirukan gerakan binatang, pohon tertiup angin, pesawat terbang, dsb.
·    Melakukan gerakan menggantung (bergelayut)
·    Melakukan gerakan melompat, meloncat, berlari secara terkoordinasi
·    Menangkap dan melempar sesuatu secara terarah/tepat
·    Melakukan gerakan antisipasi
·    Menendang sesuatu secara tetatah
·    Memanfaatkan alat permainan di luar kelas

Usia 5-6 tahun
·    Menggerakkan badan dan kaki dalam rangka keseimbangan, kekuatan, keincahan, keseimbangan dan melatih keberanian
·    Melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam melakukan tarian/senam
·    Melakukan permainan fisik dengan teratur
·    Terampil menggunakan tangan kanan dan kiri
·    Melakukan kegiatan kebersihan diri
Usia 4-5 tahun
·    Membuat garis vertikal, horisontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/kanan dan lingkaran
·    Menjiplak bentuk
·    Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit
·    Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan sesuatu dengan menggunakan berbagai media
·    Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media

Usia 5-6 tahun
·    Menggambar sesuai dengan gagasannya
·    Meniru bentuk
·    Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan
·    Menggunakan alat tulis dengan benar
·    Menggunting sesuai dengan pola
·    Menempel gambar dengan tepat
·    Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail
                                           

  
§  Prinsip-prinsip Perkembangan Fisiologis Anak Usia Taman Kanak-kanak
            Prinsip utama perkembangan fisiologis anak usia dini adalah koordinasi gerakan motorik, baik motorik kasar maupun halus. Pada awal perkembangannya, gerakan motorik anak tidak terkoordinasi dengan baik. Seiring dengan kematangan dan pengalaman anak kemampuan motorik tersebut berkembang dari tidak terkoordinasi dengan baik menjadi terkoordinasi secara baik. Prinsip utama perkembangan motorik adalah kematangan, urutan, motivasi, pengalaman dan latihan atau praktek.

§  Kematangan syaraf
            Pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak seberat 2,5% dari berat otak orang dewasa. Syaraf-syaraf yang ada di pusat susunan syaraf belum berkembang dan berfungsi sesuai perkembangannya. Sejalan dengan perkembangan fisik dan usia anak, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik mengalami prosesneurogical maturation. Pada anak usia 5 tahun syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik sudah mencapai kematangannya dan menstimuasi berbagai kegiata motorik yang dilakukan anak secara luas. Otot besar yang mengontrol gerakan motorik kasar seperti berjalan,berlari, melompat dan berlutut, berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan otot halus yang mengontrol kegiatan motorik halus, diantaranya menggunakan jari-jari tangan untuk menyusun puzzle, memegang gunting atau memegang pensil. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak ikut berkembang dengan pesat, seperti mengisi gelas dengan air, menggambar, mewarnai dengan tidak keluar garis. Di usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat komplek yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang, seperti berlari sambil melompat dan mengendarai sepeda. Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi dan seiring dengan hal tersebut, orang tua dan guru perlu memberikan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal. Peluang-peluang ini tidak saja berbentuk membiarkan anak melakukan kegiatan fisik akan tetapi perlu didukung dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus.
            Kemampuan fisik/motorik anak apabila bermasalah perlu dilakukan terapi. Apabila masalahnya berhubungan dengan motorik kasar, anak akan menjalani fisioterapi. Sedangkan jika masalahnya pada motorik halus, ia akan menjalani terapi okupasi. Untuk keterlambatan bahasa, tentu anak akan menjalani terapi wicara, dan sebagainya.


BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1  Simpulan
            Perkembangan motorik, yaitu yang disebut dengan gerak (movement) & motorik (motor). Motorik (motor) merujuk pada faktor biologis dan mekanis yang memengaruhi gerak (Gellahue, 1997). Sedangkan gerak merujuk pada perubahan aktual yang terjadi pada bagian tubuh yang dapat diamati. Maka secara sederhana dapat disimpulkan bahwa motorik merupakan kemampuan yang bersifat lahiriah yang dimiliki seseorang untuk mengubah beragam posisi tubuh. Perkembangan motorik merupakan cara tubuh untuk meningkatkan kemampuan sehingga performanya menjadi lebih kompleks.
            Dalam mengembangkan kemampuan motorik anak, guru perlu mengetahui tahapan perkembangan anak terutama yang terkait dengan motoriknya. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan dalam memberikan stimulasi kepada anak. Pengembangan motorik kasar untuk anak usia prasekolah (2-6 tahun) lebih kepada melatih gerak dan koordinasi mereka di mana standar kompetensi dan kompetensi dasarnya dimuat dalam kemampuan motorik pada kurikulum.
            Pada usia 5 atau 6 tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara bersamaan,antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau menggambar. Kemampuan fisik/motorik anak apabila bermasalah perlu dilakukan terapi. Apabila masalahnya berhubungan dengan motorik kasar, anak akan menjalani fisioterapi. Sedangkan jika masalahnya pada motorik halus, ia akan menjalani terapi okupasi. Untuk keterlambatan bahasa, tentu anak akan menjalani terapi wicara, dan sebagainya.

3.2 Saran
            Perkembangan motorik sangat penting dalam perkembangan keterampilan anak secara keseluruhan.Perkembangan motorik anak dibagi jadi dua komponen, yaitu motorik halus dan motorik kasar. Melalui keterampilan motorik, seorang anak menunjukkan kemandiriannya bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Ini akan memupuk rasa percaya dirinya dikemudian hari. Keterampilan motorik yang baik juga membuat anak mudah beradaptasi dengan lingkungan belajarnya. Anak bisa menulis, menggambar, mewarnai, berolahraga, dan lain-lain. Oleh sebab itu berikanlah stimulasi yang tepat sejak dini kepada anak agar kemampuan motorik anak dapat berkembang secara optimal.




3 komentar: